Monday, December 10, 2007

S.O.S (Save Our Self-Esteem)

Aaaaa….ternyata! Ini buktinya.

Sales tempat fitness artis - atau biar kayak artis - yang satu ini emang suka maksa.

Katanya dapet no telpon dari temen kantorku (aku yakin sih boongan). Tiap hari nelponiiin mulu. Padahal aku sudah bilang lagi meeting (aku juga boong siy ;p).

Plak! Buat mbak-mbak yang nelponin mulu itu.

Plak plak! Buat orang yang bisa-bisanya ngasi no telponku.

Begini ya Mbak... diriku memang bukanlah artis. Tapi nama tempat mbak bekerja itu diciptakan untuk mengatrol imej bahwa inilah tempat “orang-orang penting” nge-gym. Dan orang-orang penting itu adalah orang-orang yang merasa punya power. Nah, kalo mereka “dipaksa”, otomatis sense of power-nya akan terusik, dan -malah-justru-akan segera membuktikan powernya: untuk tidak memilih tempat bekerja Mbak sebagai tempat fitness dan mbak pun gak jadi dapet komisi.

Atau, dengan teropong penggunaan bahasa lain, tempat bekerja Mbak juga berarti “merayakan”. Ditambah unsur ‘ty’ atau di-bahasa-kan menjadi ‘tas’, (bukan ‘ti’) maka artinya kira-kira ini tempat yang bersifat merayakan.

Maka jamulah kami wahai Mbak-mbak dengan rok mini. Buatlah kami selalu merasa sedang merayakan sesuatu di sana. Bukan dengan terus-terusan menelpon dan membuat kami tersiksa, karena setiap kata yang terlontar dari mulut Anda seakan berkata:

Mayday...mayday...bahaya! Perut Anda sudah membuncit. Lemak cair dan panas mulai mengintip dari pinggang, siap meleber ke mana-mana lalu menghanguskan dan meluluh lantakkan kepercayaan diri Anda! Segera evakuasi dengan menjadi anggota gym kami! Ayo..ayo..

Aku tahu beberapa celana kebanggaanku kini sudah tak lagi muat sejak berhenti kerja. Tapi please, jangan buat aku merasa menjadi mutant yang mengganggu pemandangan sosial banyak orang sampai harus ditolong!

Oya, aku juga tak menemukan satu pun alasan yang membuat aku harus ke gym seramai itu di mall.

Supaya termotivasi karena banyak orang? No thanks. I told you before, saya gak mau menjadikan peristiwa kegendutan sebagai bencana nasional hingga semua orang tau, mesti waspada dan selalu siap dengan simulasi penyelamatan diri: lari-lari di treatmill, satu-dua angkat beban..ah.

Nyari kecengan?

Aduuh, bukannya sok tua, tapi sumpah aku gak lagi tertarik melototin badan-badan bagus dan berkeringat, atau anak baru lulus kuliah lalu bekerja di perusahaan internasional yang sibuk mencet-mencet BlackBerry tiap kali gugup disapa perempuan cantik. Aku gak peduli lagi cowok berpantat seksi. Aku sekarang cuma tertarik dengan pantat suamiku yang mampu menjadikan tubuhnya duduk tegak dengan mata penuh kasih setiap menina bobokan anak kami.

Tapi bukan berarti aku akan membiarkan tubuh ini dipenuhi gelambir yaaa...

But being beautiful – both the process and the result – should be fun, shouldn’t it?

No comments: